Kehadiran buah hati biasanya menjadi saat-saat yang paling
membahagiakan terlebih bila si kecil tumbuh sehat hingga dewasa. Begitu
lahir kedunia, dipandanginya si buah hati dari ujung rambut hingga ujung
kaki, untuk memastikan kondisi kesehatan bayinya. Namun, tidak semua
ibu baru diliputi perasaan serupa, ketika sang buah hati terlahir,
mereka justru bersedih karena anak yang terlahir dalam kondisi yang
tidak diinginkan dan tumbuh berkembang dengan kelainan kesehatan.
.
Namun
seringkali penyesalan baru datang kemudian yaitu mengapa tidak
mendapatkan informasi yang dapat menghindarkan terjadinya cacat pada
janin. Informasi yang tersedia sesungguhnya cukup banyak, namun yang
menjadi kendala adalah mengidentifikasikan informasi yang mana yang
layak dianggap objektif karena dengan latar belakang dan pengalaman yang
berbeda, seringkali membuat perspektif seseorang terhadap sesuatu itu
berbeda bahkan tidak jarang malah berlawanan.
.
Lalu
bagaimana kita menyikapi kondisi ini? Apakah kita akan berpihak kepada
salah satu pihak? Apabila kita cukup bijaksana, seharusnya kita malah
bertanya, mengapa ada pro-kontra buat hal tersebut apakah ada personal
interest dibalik pernyataan tersebut? Seandainya saja kita cukup cermat,
tentunya kita dapat terhindar dari hal yang bakal merugikan kita
kecuali apabila kita termasuk dalam kategori orang yang ”Tidak Peduli”.
Salah satu faktor utama yang mengakibatkan terjadinya cacat pada janin adalah adanya keterlibatan polutan logam berat dan zat kimia beracun yang seharusnya tidak tinggal didalam tubuh terutama pada ibu hamil karena mengancam kesehatan sang ibu dan sang janin itu sendiri. Bagaimana masuknya logam berat dan senyawa beracun kedalam tubuh merupakan pertanyaan utama yang seharusnya kita pertanyakan.
Yang termasuk didalam jenis kategori senyawa berbahaya meliputi:
1. Merkuri: logam berat berbahaya yang dapat merusak perkembangan sistem syaraf dan otak janin dengan cara menghambat pengeluaran neurotrasmitter seperti dopamin, dimana dopamin diperlukan untuk fungsi-fungsi perhatian, berpikir dan keahlian motorik, menghambat pembentukan akson dan dendrit (cabang sel saraf yang memungkinkan sel dapat berkomunikasi satu sama lain), mengganggu migrasi neuron (sel otak yang bertugas mengirimkan sinyal satu sama lain), menghambat pembelahan sel dan pembentukan neuron baru, serta memicu kematian sel.
Bayi yang telah terpapar merkuri mungkin kelihatan normal pada bulan-bulan pertama kehidupannya tapi selanjutnya mulai menunjukkan kelainan. Kelainan tersebut meliputi rendahnya hasil uji fungsi perhatian, motorik, bahasa, daya ingat dan kemampuan melihat (menggambar). Anak-anak ini akan kesulitan didalam mengikuti pelajaran di sekolah. Merkuri diyakini juga sebagai salah satu penyebab terjadinya autis pada anak.
Merkuri adalah unsur yang hadir secara alami dalam jumlah kecil di alam. Namun hasil buangan industri meningkatkan akumulasi merkuri di danau, sungai dan lautan yang oleh mikroorganisme di air dirubah menjadi metil merkuri yang kemudian masuk kedalam hewan laut dan akhirnya masuk ke tubuh manusia melalui makanan laut yang dikonsumsi manusia. Karena efek merkuri yang berbahaya maka FDA & EPA USA mengeluarkan peringatan kepada ibu hamil, menyusui, untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dicurigai memiliki kandungan tinggi merkuri seperti ikan hiu (shark) , ikan todak (swordfish), king mackerel, dan membatasi makan ikan tuna kurang dari 6 ons per minggu atau membatasi udang, salmon, sejenis lele (catfish) 12 ons (336 gram) per minggu yang dicurigai mengandung merkuri dalam jumlah yang lebih kecil. Menurut EPA, di tahun 2004 diindikasikan bahwa 1 dari 6 wanita subur mempunyai kadar merkuri diatas ambang yang ditentukan EPA, dan hal ini berarti 15 dari 100 bayi yang lahir beresiko mendapatkan gangguan perkembangan. Sumber merkuri yang lain adalah penggunaan kosmetika, vaksin, obat-obatan, pestisida, fungisida, sumber mata air /makanan yang tidak jauh dari pertambangan, amalgam (tambalan gigi), produk dan limbah rumah tangga (cat, pembersih lantai, dll)
2. Timbal: Sumber timbal terbanyak adalah polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor, cat tembok, limbah pembuatan cat & batere yang bila terserap oleh ibu hamil akan berakibat pada hambatan perkembangan otak janin, kematian janin dan kelahiran prematur, berat lahir rendah bahkan keguguran. Timbal mengikat kuat sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA; yang akan mengganggu saluran metabolik dalam tubuh, dan dapat mengakibatkan gangguan sintesis darah (timbul anemia), hipertensi, penyakit hati, hiperaktivitas, dan kerusakan otak (penurunan tingkat IQ). Timbal yang bertebaran diudara bisa menumpuk pada tanah atau sumber air yang pada akhirnya mengkontaminasi makanan & minuman sang ibu. Garam dapur, ikan, kerang, sayur & buah-buahan yang ditanam atau dijajakan dipinggir jalan juga tak lepas dari kontaminasi timbal.
3. Kadmium terutama dalam bentuk oksida adalah logam berat yang beracun, yang sebagian besar masuk ke tubuh manusia melalui makanan, asap rokok, limbah industri pertambangan platting logam, pigmen, baterai dan plastik. Kadmium dapat memicu gangguan fungsi organ, hipertensi, berat badan rendah, kerapuhan tulang, dan menyebabkan gangguan penyerapan mineral seng.
4. Arsenik: adalah logam beracun lainnya yang dapat masuk kedalam tubuh sang ibu, yang dapat berakibat buruk pada mata, kulit, darah dan hati. Arsenik dapat menyebabkan gangguan daya pandang mata, penebalan kulit, kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya jumlah sel darah perifer, meningkatkan enzim liver (SGOT, SGPT, Gammma GT), sirosis hati, kerusakan ginjal, radang larink, odema paru, bronkitis, penurunan kekabalan, arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah portal), cacat bayi waktu dilahirkan, yang lazim disebut effek malformasi.
Salah satu faktor utama yang mengakibatkan terjadinya cacat pada janin adalah adanya keterlibatan polutan logam berat dan zat kimia beracun yang seharusnya tidak tinggal didalam tubuh terutama pada ibu hamil karena mengancam kesehatan sang ibu dan sang janin itu sendiri. Bagaimana masuknya logam berat dan senyawa beracun kedalam tubuh merupakan pertanyaan utama yang seharusnya kita pertanyakan.
Yang termasuk didalam jenis kategori senyawa berbahaya meliputi:
1. Merkuri: logam berat berbahaya yang dapat merusak perkembangan sistem syaraf dan otak janin dengan cara menghambat pengeluaran neurotrasmitter seperti dopamin, dimana dopamin diperlukan untuk fungsi-fungsi perhatian, berpikir dan keahlian motorik, menghambat pembentukan akson dan dendrit (cabang sel saraf yang memungkinkan sel dapat berkomunikasi satu sama lain), mengganggu migrasi neuron (sel otak yang bertugas mengirimkan sinyal satu sama lain), menghambat pembelahan sel dan pembentukan neuron baru, serta memicu kematian sel.
Bayi yang telah terpapar merkuri mungkin kelihatan normal pada bulan-bulan pertama kehidupannya tapi selanjutnya mulai menunjukkan kelainan. Kelainan tersebut meliputi rendahnya hasil uji fungsi perhatian, motorik, bahasa, daya ingat dan kemampuan melihat (menggambar). Anak-anak ini akan kesulitan didalam mengikuti pelajaran di sekolah. Merkuri diyakini juga sebagai salah satu penyebab terjadinya autis pada anak.
Merkuri adalah unsur yang hadir secara alami dalam jumlah kecil di alam. Namun hasil buangan industri meningkatkan akumulasi merkuri di danau, sungai dan lautan yang oleh mikroorganisme di air dirubah menjadi metil merkuri yang kemudian masuk kedalam hewan laut dan akhirnya masuk ke tubuh manusia melalui makanan laut yang dikonsumsi manusia. Karena efek merkuri yang berbahaya maka FDA & EPA USA mengeluarkan peringatan kepada ibu hamil, menyusui, untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dicurigai memiliki kandungan tinggi merkuri seperti ikan hiu (shark) , ikan todak (swordfish), king mackerel, dan membatasi makan ikan tuna kurang dari 6 ons per minggu atau membatasi udang, salmon, sejenis lele (catfish) 12 ons (336 gram) per minggu yang dicurigai mengandung merkuri dalam jumlah yang lebih kecil. Menurut EPA, di tahun 2004 diindikasikan bahwa 1 dari 6 wanita subur mempunyai kadar merkuri diatas ambang yang ditentukan EPA, dan hal ini berarti 15 dari 100 bayi yang lahir beresiko mendapatkan gangguan perkembangan. Sumber merkuri yang lain adalah penggunaan kosmetika, vaksin, obat-obatan, pestisida, fungisida, sumber mata air /makanan yang tidak jauh dari pertambangan, amalgam (tambalan gigi), produk dan limbah rumah tangga (cat, pembersih lantai, dll)
2. Timbal: Sumber timbal terbanyak adalah polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor, cat tembok, limbah pembuatan cat & batere yang bila terserap oleh ibu hamil akan berakibat pada hambatan perkembangan otak janin, kematian janin dan kelahiran prematur, berat lahir rendah bahkan keguguran. Timbal mengikat kuat sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA; yang akan mengganggu saluran metabolik dalam tubuh, dan dapat mengakibatkan gangguan sintesis darah (timbul anemia), hipertensi, penyakit hati, hiperaktivitas, dan kerusakan otak (penurunan tingkat IQ). Timbal yang bertebaran diudara bisa menumpuk pada tanah atau sumber air yang pada akhirnya mengkontaminasi makanan & minuman sang ibu. Garam dapur, ikan, kerang, sayur & buah-buahan yang ditanam atau dijajakan dipinggir jalan juga tak lepas dari kontaminasi timbal.
3. Kadmium terutama dalam bentuk oksida adalah logam berat yang beracun, yang sebagian besar masuk ke tubuh manusia melalui makanan, asap rokok, limbah industri pertambangan platting logam, pigmen, baterai dan plastik. Kadmium dapat memicu gangguan fungsi organ, hipertensi, berat badan rendah, kerapuhan tulang, dan menyebabkan gangguan penyerapan mineral seng.
4. Arsenik: adalah logam beracun lainnya yang dapat masuk kedalam tubuh sang ibu, yang dapat berakibat buruk pada mata, kulit, darah dan hati. Arsenik dapat menyebabkan gangguan daya pandang mata, penebalan kulit, kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya jumlah sel darah perifer, meningkatkan enzim liver (SGOT, SGPT, Gammma GT), sirosis hati, kerusakan ginjal, radang larink, odema paru, bronkitis, penurunan kekabalan, arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah portal), cacat bayi waktu dilahirkan, yang lazim disebut effek malformasi.
5. Formalin:
senyawa berbahaya ini telah menjadi pembicaraan hangat media massa
beberapa waktu yang lalu namun oleh karena tidak tersedianya bahan
pengganti yang dinilai ekonomis, maka penggunaan formalin kemungkinan
sudah marak kembali digunakan pada saat ini. Untuk itu langkah yang
perlu diperhatikan oleh setiap pasangan yang menginginkan agar anaknya
kelak terlahir dalam kondisi sehat adalah dengan membebaskan dirinya
dari polutan logam berat dan zat kimia beracun sebelum terjadinya
kehamilan disamping mulai menghindari substansi yang dapat menambah
kehadiran logam berat disamping berusaha untuk mengeluarkan logam berat
dan zat kimia beracun yang sudah terlanjur masuk kedalam tubuh. /oleh
hendri p untuk www.cariobat.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar